Selama delapan bulan aku menikmati pekerjaan ini, pekerjaan yang bisa di bilang cukup kereeen.
Engineer, teknisi, insinyur... begitulah kira2 istilah yang terkenal di masyarakat.
Setiap hari tangan ini berlumuran oli, otak ini dipaksa untuk bisa menganalisis setiap masalah pada mesin yang ada, kerutan di kening menjadi hal yang sering kurasakan kala itu. Aku merasa menjadi seorang Lelaki. ^^
Ketika pertama taken kontrak, aku langsung mendapat tugas yang cukup berat (tanggung jawabnya) sebenarnya kerjaannya biasa- biasa aja dari sang atasan.
Ada orang yang mencibir, nyindir, "Baahhh lulusan STM bisa apa?? apa ga akan meledak tuh nanti mesin"
Dalam hati "Tu sarjana songong banget, kalo adu skill sama gw pasti gw yang menang, arrrrrggghhhhh. menang di Gelar doang lw!! pegang obeng aja masih ga becus"
Tapi terima kasih kepada atasanku, yang sudah memberikan kepercayaan akan tugas ini.
O ya, tugas yang akan kubuat hanyalah membuat panel kontrol, wiring (nyambungin kabel) dari panel kontrol ke mesin, dan bikin pemrograman (pake diagram ladder) di SMART RELAYnya SCHNEIDER. just it.
Mesinnya sederhana, hanya terdiri dari konveyor, sama mesin perekat, gunanya untuk packinglah (aga susah dijelasin juga, nanti malah bingung)
detik, menit, jam, hari, berlalu..
Treeeengg beress sudah.
bangga dengan proyek pertama disebuah perusahaan yang ternama sebagai seorang engineer, salam selamat dari para suhu2 di bengkel menyertaiku. buaaaahhh dunia serasa di genggaman. dari kecil memang cita- citaku menjadi seorang teknisi.
Duarrr.
sebulan sesudah proyek itu ada kabar tak mengenakan, di sebelah pabrik ini telah dibuat PLAN baru dan sedang membutuhkan seorang operator yang sanggup menangani mesin- mesin baru.
satu persatu seniorku ditarik ke Plan itu, sebagai engineer tentunya.
Aku???
ternyata hanya dimutasikan sebagai seorang operator mesin, dunia ini terasa runtuh, ambruk menimpaku. cita- cita yang dalam genggaman kini hilang entah kemana.
Aku adalah laki- laki, tidak menerima begitu saja, I HAVE A SKILL.
Berontak, itu jalan yang kuambil. pagi setelah menerima sorat mutasi aku langsung menemui manager, menyatakan keberatan atas apa yang terjadi, satu penekanan ketika itu.
"Saya Lebih Baik Hengkang Dari Perusahaan Ini dan Melanjutkan Kuliah, Daripada Harus Menjadi Pekerja yang Tak Kusukai, Karena Ini Bukan Cita- citaku" mendengar pernyataan itu suasana di sekelilingku berubah memanas. Teman- teman engineer mendukung keputusanku.
Sampailah berita ini kepada direksi, manager HR yang menangani SDM memanggilku.
disana sekali lagi kutekankan "Saya Lebih Baik Hengkang Dari Perusahaan Ini dan Melanjutkan Kuliah, Daripada Harus Menjadi Pekerja yang Tak Kusukai, Karena Ini Bukan Cita- citaku"
Sang manager mulai khawatir dengan sikapku "Apakah hal ini akan mengganggu pekerjaan? Karena kami membutuhkan kemampuanmu...." dan bla bla bla. kata2 gombal keluar dari mulutnya.
Tersentuh juga hatiku ini, dengan sanjungan- sanjungan yang membesarkan diriku. "Lagian ga mungkin juga gw resign dalam waktu dekat, reputasi gw setelah ini bisa rusak, gw ingin clear tanpa cacat sedikitpun, baru minggu kmren gw ambil kredit motor, SIAL. berarti harus tunggu sampai lunas kredit baru resign, ya ya." dalam benaku berpikir.
"Jadi bagaimana, apakah hal ini akan mengganggu pekerjaan??"
Dengan lantang aku menjawab "Saya menaruh TANGGUNGJAWAB saya sebagai pekerja/karyawan di perusahaan ini diatas masalah pribadi dan ego saya." Beliau tersenyum bangga.
Dan jadilah aku seorang operator di PLAN baru itu, menangani 5 mesin proses sekaligus setiap shift.
***
Enam Belas bulan berlalu.
Pahit getir jenuh sebagai seorang operator sudah kualami. Kuputuskan hari ini untuk GET OUT dari perusahaan, melanjutkan meraih cita- cita yang sempat hilang to be an engineer.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 koment:
like..like..like..like this..
hehehe,... thanks
Ceritanya rame.. XD
Kalo ane hengkang dari software house cuma dalam waktu 1 bulan.. (>_<) *curcol
Gara2 kredit motor tuh gabisa langsung kluar. haha.. thanks yoa komengnya.
sing sabar we, pasti lah dapat nu terbaik....
keep contact oke.
amin amin amin... haha.
Post a Comment